ANALISIS PERUBAHAN PT.ANGKASA PURA II
PROFIL PT ANGKASA PURA II
PT Angkasa Pura II
(Persero), selanjutnya disebut “Angkasa Pura II” atau “Perusahaan” merupakan
salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan
jasa kebandarudaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah
Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah
Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara
Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta
Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.
Keberadaan Angkasa Pura II
berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta
Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19
Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum
Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring
perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia
Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT Angkasa Pura II
(Persero).
Berdirinya Angkasa Pura II
bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa
kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan
pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata
kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan
produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga
dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat.
Kiprah Angkasa Pura II telah
menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa
kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas
pelayanan pada bandara yang dikelolanya.
Angkasa Pura II telah
mengelola 14 Bandara, antara lain yaitu Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim
Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau
(Padang), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II
(Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh),
Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir
(Pangkal Pinang), Silangit (Tapanuli Utara), Banyuwangi (Jawa Timur).
Angkasa Pura II telah
berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan
yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas
performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah “The Best
BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best
I in Good Corporate Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007
kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya
dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception
Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan
sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan
juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta
dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non-
Keuangan Non-Listed, The Best Prize ‘INACRAFT Award 2010’ in category natural
fibers, GCG Award 2011 as Trusted Company Based on Corporate Governance
Perception Index (CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun
2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara
Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam
Indonesia Travel & Tourism Award 2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil
(Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31
Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, serta berbagai
penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk
Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Sultan
Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk Bandara
Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3
(Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara
Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng)
Sebagai Badan Usaha Milik
Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen
kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa
berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen
kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang
baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan
kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara
melalui program Corporate Social Responsibility.
TEORI PERUBAHAN&ANALISIS
PERUBAHAN PT.ANGKASA PURA II
TEORI KURT LEWIN (1951)
mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3(tiga) tahapan, yang
meliputi:
1) Tahap Unfreezing (pencairan)
Proses perubahan ini harus memiliki motivasi yang kuat untuk berubah
darikeadaan semula dengan merubah terhadap keseimbangan yang ada.
Masalah biasanya muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam sistem.
Tugas perawat pada tahap ini adalah mengidentifikasi masalah dan memilih
jalankeluar yang terbaik.
2) Tahap Moving
(bergerak )Proses perubahan tahap ini dapat terjadi apabila
seseorang telah memilikiinformasi yang cukup serta sikap dan kemampuan
untuk berubah. Pada tahapini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan
mencari dukungan dariorang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah.
3) Tahap Refreezing (pembekuan)Tahap
ini dimana seseorang yang mengadakan perubahan telah mencapaitingkat atau tahapan
yang baru dengan keseimbangan yang baru. Tugas perawat sebagai agen
berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masihmenghambat perubahan.
Perubahan
perusahaan Angkasa Pura II yaitu
1.Tahap
Unfreezing (Pencairan)
Mengelola banyak bandara
bukanlah tantangan yang mudah. Namun, PT Angkasa Pura II (Persero)
atau AP II berhasil melakukan pengelolaan 13 bandara di bagian barat Indonesia
dengan manajemen tranformasi yang tepat.
Kesibukan yang dihadapi BUMN
operator bandara itu luar biasa. Lihat saja, tahun 2016 trafik penumpang di 13
bandara tersebut berjumlah 95 juta penumpang. Tahun 2018 ini, targetnya
dapat menembus 100 juta penumpang sesuai dengan indikasi demandterhadap
transportasi udara yang semakin meningkat.
Tuntutan tingginya pelayanan AP II juga seiring dengan dicapainya prestasi
Bandara Soekarno-Hatta sebagai The World's Most Improved Airport 2017
dan Bandara Kualanamu yang mendapatkan bintang 4 versi Skytrax. Prestasi
ini memberikan tanggung jawab baru bagi AP II, yaitu pengelolaan bandara di
Banyuwangi pada 2018. Dilakukan setahun yang lalu tanpa campur tangan
konsultan, transformasi yang dilakukan AP II melibatkan semua pihak untuk
melakukan perubahan. AP II fokus pada customer centric organization disebabkan
penataan di level strategi perusahaan tidak lengkap. Kini perusahaan telah
mengenal layer middle organization di level tengah.
Transformasi yang dilakukan menjadikan setiap unit perusahaan untuk mandiri dan
tidak tergantung pada kantor pusat lagi.
2. Tahap Moving (bergerak)
Bentuk dari
transformasi yang dilakukan AP II antara lain business &
portofolio transformation, infrastructure & operation system
transformation, dan human capital transformation.
Pergeseran ekspektasi penumpang pesawat yang disebabkan teknologi mulai
terjadi. Adanya gawai menjadi daya dorong untuk individu menjadi lebih mandiri.
“Kami meluncurkan aplikasi Airports Digital Life Experience yang
menyasar pada perbaikan layanan penumpang, digital printing sebagai
bentuk efisiensi, dan penerapan lainnya. perkembangan teknologi ini juga
memunculkan business oportunity baru yaitu penggunaan big
data, yang mana pada masa mendatang akan monetizing. Selain itu,
AP II mempersiapkan airport electronic payment system untuk
mendapatkanbenefit dari proses transaksi. Tidak hanya menerapkan stream
existing business,perusahaan juga berusaha menciptakan new
business. Hal ini dilakukan untuk mencapai visi 2020 sebagai The
Best Connected Airport Operator in the Region. Saat ini AP II
menduduki posisi 44 dunia dan tahun 2018 menargetkan posisi 20 besar dunia.
3. Tahap Refreezing (pembekuan)
Transformasi
AP II yang berbasis customer centric ini sengaja diambil
yang disesuaikan dengan dinamika di industri yang terjadi saat ini. Tetap
memperhatikan pengembangan infrastruktur sebagai salah satu lini bisnisnya, AP
II kini pun mengembangkan kompetisinya di sisi pelayanan. Oleh karena itu,
belakangan mereka habis-habisan membenahi aspek pelayanan. AP
II mengusung konsep 3C, yaitu character 50%, competency
30%, dan collaboration20% untuk mendorong program great
people development program. Total 6 bulan proses kategori general untuk
mencari best talent dari best university di
dunia dilakukan dengan mengadakan roadshow di beberapa
negara. AP II berusaha menjemput orang Indonesia dari universitas terbaik untuk
pulang dan membangun Indonesia dengan bekerja di AP II.
Seiring
berjalannya waktu, langkah-langkah transformasi dan strategi yang dijalankan AP
II tersebut membuahkan hasil. Perusahaan ini meraih berbagai apresiasi, seperti
Anugerah BUMN 2017 untuk peringkat 1 kategori Kinerja Keuangan Terbaik,
peringkat 2 kategori Transformasi Perusahaan Terbaik, dan The Best of
Overall BUMN. Bahkan, sang pemimpin, Muhammad Awaluddin
juga diganjar CEO BUMN Terbaik 2 untuk kategori Visioner.
Casino in Las Vegas, Nevada, USA - Mapyro
BalasHapusThe Casino at The 군산 출장샵 Cosmopolitan 남양주 출장샵 of Las Vegas is located near 성남 출장안마 the Wynn Las Vegas. 삼척 출장안마 It has a pool and is within 포항 출장샵 walking distance of Harrah's Lake of Dreams and